Pernah bertanya-tanya apa yang ada di balik layar sebelum film Habibie & Ainun tayang? Film terbaik besutan salah satu Production House Indonesia, yakni MD Pictures, ini memang menarik banyak perhatian penonton. Bahkan, masuk ke dalam daftar film terlaris dari MD Pictures. Pasalnya, kisah hidup mantan presiden Indonesia dan istrinya sangat menginspirasi banyak orang dan juga sangat menyentuh. Namun, belum banyak yang tahu bahwa Habibie awalnya menolak kisah hidupnya diangkat ke layar lebar. Mengapa?
Semua bermula ketika Ainun meninggal pada tahun 2010 lalu. Habibie yang sangat mencintai Ainun mengalami masa-masa sulit untuk melepaskan istrinya dan bahkan hampir mengalami masalah kejiwaan. Terbiasa hidup berdua, ketika Ainun tak lagi ada di sisinya membuat Habibie merasa kehilangan. Hal ini pun diakui Habibie dengan berkata bahwa belum genap 40 hari dari kepergian Ainun, Habibie sering terbangun tengah malam dan mencari sosok istrinya di dalam rumah. Alam bawah sadar Habibie masih belum menerima bahwa Ainun sudah meninggal dunia.
Kondisi ini terus berlangsung selama beberapa lama, hingga akhirnya Habibie melaporkan gejala ini kepada tim dokter pribadinya. Dokter mengatakan bahwa apa yang dialami oleh Habibie wajar, namun sudah agak melebihi batas kewajaran. Jika dibiarkan, maka dalam waktu tiga bulan, Habibie bisa mengikuti jejak istrinya alias meninggal. Untuk itu, dokter kemudian menyarankan beberapa alternatif pilihan untuk mengatasi kondisi ini: dimulai dari perawatan intensif dengan tim dokter, dirawat di rumah sakit jiwa, atau menulis ketika kondisi depresi itu melanda.
Habibie kemudian memilih untuk menuliskan perasaannya setiap kali mengenang Ainun. Selama dua setengah bulan, Habibie belajar ‘melepas’ Ainun dan menuangkannya dalam tulisan. Ketika kondisinya membaik dan mulai normal, Habibie menyerahkan tulisan tersebut pada dokter pribadinya. Tim dokter kemudian meminta kepada Habibie untuk menerbitkannya.
Awalnya, Habibie sempat menolak. Mengapa? Sebab tulisan tersebut dibuat Habibie untuk mengenang Ainun; untuk mengobati perasaan bersalahnya karena terlambat mengetahui penyakit Ainun. Habibie bercerita bahwa Ainun menyembunyikan kondisi kesehatannya dari Habibie. Baru dua bulan sebelum kepergian, Ainun bercerita bahwa ia sakit keras.
Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya Habibie setuju untuk membukukan tulisan tersebut. Ia juga membuat perjanjian dengan penerbit bahwa isi buku tersebut tidak boleh diubah. Buku tersebut meledak di pasaran dan sampai ke tangan Manoj Punjabi. Percaya tidak percaya, ketika membaca buku tersebut, Manoj pun kemudian semakin yakin untuk mengangkat kisah Habibie-Ainun ke layar lebar. Hingga akhirnya, atas izin Habibie, Manoj Punjabi pun menggarap film ini dan menjadikannya meledak di pasaran.
1 Comment