Setiap orang selalu mempunyai standar rumah impian untuk dijadikan sebagai huniannya. Seperti mayoritas masyarakat ibukota yang memimpikan untuk tinggal di kawasan Luxury Resort Residence Jakarta, misalnya. Rumah-rumah di kawasan tersebut dinilai memenuhi standar impian untuk rumah sebagian orang, karena berada di pusat kota dan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Berbagai cara ditempuh untuk mewujudkan rumah idaman supaya menjadi nyata, semata agar mereka bisa merasakan bahagianya tinggal di rumah impian.
Namun, apa jadinya jika rumah idaman tak lagi menjadi idaman?
Michael Barnick, misalnya. Setelah menghabiskan berpuluh-puluh juta dollar untuk merenovasi rumah tinggalnya, Barnick memutuskan untuk melepas huniannya. Mantan eksekutif Apple Inc ini menjual rumah seluas 10.000 kaki dengan harga 35 juta dollar. Rumah yang terletak di Santa Barbara, California, ini dijual melalui developer properti Suzanne Perkins dari Suzanne Perkins Realty. Alasannya menjual properti berharga puluhan dollar itu? Semata karena rumah tersebut tidak lagi menjadi idamannya. Ketika hunian tersebut telah berdiri dan siap huni, Barnick beralasan bahwa anak-anaknya telah beranjak dewasa dan tidak lagi membutuhkan rumah megah seperti itu.
Harga yang dipatok Barnick memang cukup tinggi, namun Anda tidak akan dirugikan jika membeli rumah tersebut. Pasalnya, rumah yang berada di tepi jalan 4305 Marina ini memiliki pemandangan lansekap yang sangat menawan. Indahnya Samudera Pasifik berpadu dengan tebing yang menakjubkan menjadi pemandangan yang Anda lihat sehari-hari. Belum lagi, area pantai yang berada di depan rumah. Luar biasa sekali, bukan?
Secara arsitektur, rumah milik Barnick memiliki desain khas rumah pantai dengan jendela besar yang memperlancar sirkulasi udara. Pencahayaan pun menjadi alami sehingga penggunaan energi bisa diminimalisir. Meski begitu, hal tersebut tidak menjadikan rumah ini layaknya rumah kuno. Teknologi pun juga diterapkan di rumah ini, seperti fitur otomatis yang mampu menyambut pemilik rumah ketika mobil pemilik tiba di gerbang utama. Lampu di rumah akan menyala, gerbang secara otomatis terbuka, dan air mancur pun akan mengalir. Seluruh pengaturan teknologi di rumah ini pun dikendalikan melalui tablet atau smartphone.
Rasanya cukup menyedihkan, mengingat rumah yang sudah dipoles sedemikian rupa harus ditinggalkan pemiliknya karena tak lagi menjadi pilihan utama untuk menjadi tempat bernaung.